Sarawak, 25-26 Juli 2023 – Dalam konferensi Ijtimak Ilmuwan Islam Antarabangsa, Prof. Salim T.S. Al-Hassani, Guru Besar Emeritus dari Universitas Manchester, mengupas kontribusi besar perempuan Muslim dalam peradaban. Acara ini diselenggarakan oleh Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM) dan Majelis Islam Sarawak (MIS), melakukan ceramah yang menggugah tentang peran penting perempuan dalam ilmu pengetahuan, kedokteran, seni, dan manajemen.

Prof. Salim menjelaskan bagaimana peran perempuan Muslim sering kali diabaikan dalam narasi sejarah modern. Dengan data ilmiah, ia mengungkap fakta-fakta yang membongkar mitos bahwa perempuan Muslim pada masa lalu hanya melakukan peran domestik.

Jejak Perempuan dalam Peradaban Muslim

Ia memulai ceramahnya dengan sebuah pertanyaan: 

“Apakah ada perempuan dalam sejarah Islam yang berkontribusi di luar peran domestik tradisional?” 

Jawaban dari Prof. Salim sangat meyakinkan dan sangat jelas: perempuan Muslim memainkan peran penting dalam berbagai bidang, tetapi kontribusi mereka sering terkubur dalam ketidakadilan sejarah.

Dalam buku-buku pelajaran modern, baik ilmuwan Muslim maupun perempuan Muslim jarang disebutkan. Bahkan, buku-buku populer tentang sejarah ilmu pengetahuan sering kali melewatkan periode kejayaan Islam, yang disebut “Dark Ages” oleh sebagian akademisi Eropa. Hal ini, menurut Prof. Salim, adalah salah satu alasan mengapa perempuan Muslim kehilangan tempat dalam narasi sejarah global.

Namun, Prof. Salim menjelaskan bahwa bukti-bukti peran perempuan Muslim sebenarnya banyak ditemukan dalam manuskrip klasik. Hanya saja, manuskrip tersebut sering kali tidak diterjemahkan, tidak dipublikasikan secara luas, atau dianggap tidak relevan dalam studi modern.

Kontribusi yang Terlupakan

perempuan muslim

Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko

Di tengah berbagai bias sejarah, sejumlah kisah perempuan Muslim yang luar biasa diceritakan dan dibuktikan kontribusinya oleh Beliau. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Fatima al-Fihriyyah. Pada abad ke-9, ia menggunakan warisan keluarganya untuk mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko. Universitas ini diakui UNESCO sebagai universitas tertua di dunia yang terus beroperasi hingga hari ini.

Ia memimpin langsung proyek pembangunan universitas tersebut, dengan perhatian khusus pada material bangunan dan desain yang sesuai dengan etika Islam. Dengan kurikulum yang mencakup teologi, hukum, matematika, dan kedokteran, Al-Qarawiyyin menjadi pusat keilmuan yang menarik ilmuwan dari berbagai penjuru dunia.

Selain Fatima, Prof. Salim juga menceritakan kisah Sutayta al-Mahamali, seorang cendekiawan yang menguasai matematika praktis dan hukum waris. Ia hidup pada masa Abbasiyah, ketika pusat-pusat keilmuan Islam sedang berkembang pesat. Dengan keahlian di bidang matematika dan sastra, Sutayta menjadi simbol keseimbangan antara intelektualitas dan spiritualitas yang dijunjung tinggi dalam tradisi Islam.

Fatima al-Fihriyyah

Fatima al-Fihriyyah adalah pendiri Universitas Al-Qarawiyyin di Fes, Maroko, yang merupakan universitas pertama di dunia yang memberikan gelar akademik. Tidak hanya mendanai pembangunan universitas, Fatima juga mengelola proyek pembangunan tersebut hingga selesai. Ia bahkan berpuasa dari awal pembangunan hingga selesai, yang memakan waktu 13 tahun.

Al-Qarawiyyin menjadi pusat keilmuan terkemuka yang menarik para ilmuwan dari seluruh dunia. Kurikulum universitas ini mencakup berbagai bidang seperti teologi, hukum, matematika, astronomi, dan kedokteran.

Sutayta al-Mahamali

Sutayta adalah seorang matematikawan dan cendekiawan dari era Abbasiyah. Ia ahli dalam aritmatika dan hukum waris, serta memiliki reputasi sebagai seorang pakar sastra dan hadits. Kompetensinya dalam matematika praktis menjadikannya tokoh penting di masanya.

Lubna dari Cordoba

Lubna adalah seorang sekretaris pribadi Khalifah Umayyah, Al-Hakam II, di Spanyol. Ia dikenal sebagai ahli geometri, aljabar, dan sastra. Selain menjadi intelektual, Lubna memainkan peran penting dalam administrasi pemerintahan pada masa keemasan Andalusia.

Zubaydah Binti Ja’far

Sebagai istri Khalifah Harun al-Rashid, Zubaydah dikenal karena kontribusinya dalam membangun infrastruktur. Salah satu proyek terbesarnya adalah pembangunan jalur Darb Zubaydah, rute ziarah dari Baghdad ke Mekkah yang dilengkapi dengan sumur, kolam, dan tempat peristirahatan.

Peran Perempuan dalam Kedokteran dan Seni

Dalam bidang kedokteran, beberapa nama perempuan Muslim juga disebutkan, seperti:

  • Rufaydah al-Aslamiyyah – Sahabiyyah yang dikenal sebagai paramedis pertama dalam sejarah Islam.
  • Zaynab binti Ahmad – Seorang dokter dari Andalusia yang terkenal karena keahliannya dalam bedah dan pengobatan tradisional.

Di bidang seni dan sastra, tokoh seperti Al-Khansa dan Walladah bint al-Mustakfi menunjukkan bahwa perempuan Muslim juga memiliki kontribusi besar dalam karya sastra dan puisi yang diakui hingga hari ini.

Mengapa Penting Mengangkat Narasi Ini?

Prof. Salim menjelaskan bahwa melupakan kontribusi perempuan Muslim dalam sejarah dapat menciptakan dua masalah besar:

Inferioritas di Kalangan Muslim Modern

Banyak perempuan Muslim modern yang tidak memiliki teladan dari sejarah Islam, sehingga mereka cenderung mencari panutan dari budaya lain yang mungkin tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Stereotip Superioritas Budaya Barat

Ketika narasi sejarah hanya menampilkan tokoh-tokoh Barat, ini memperkuat pandangan bahwa peradaban non-Barat, termasuk peradaban Muslim, tidak memiliki kontribusi yang signifikan.

Menurut Prof. Salim, rekonstruksi sejarah ini bukan hanya tentang kebanggaan, tetapi juga tentang memberikan inspirasi kepada generasi muda Muslim untuk menggali kembali nilai-nilai intelektual dan sosial yang pernah menjadi ciri khas peradaban Islam.

Ceramah ini diakhiri dengan ajakan reflektif kepada umat Muslim. Prof. Salim bertanya:

“Apakah perempuan Muslim masa kini akan terus mengikuti model Barat, atau mereka akan kembali menghidupkan warisan luar biasa dari leluhur mereka?”

Ceramah ini mengingatkan kita bahwa perempuan Muslim pada masa lalu adalah pilar peradaban yang berhasil menyeimbangkan peran intelektual, sosial, dan spiritual. Dengan menggali kembali narasi ini, generasi Muslim masa kini dapat membangun masa depan yang lebih cerah berdasarkan warisan sejarah mereka yang kaya.

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *