Pada bulan Juni 2024, Pusat Data Nasional (PDN) Indonesia mengalami serangan besar dari ransomware bernama Brain Cipher. Serangan ini menyebabkan gangguan signifikan pada 210 instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hacker meminta tebusan sebesar 8 juta dolar AS (sekitar Rp 131,2 miliar) untuk membuka kembali akses data yang telah dienkripsi. Insiden ini memunculkan kekhawatiran serius mengenai keamanan siber di Indonesia dan memicu berbagai reaksi dari publik.
Untuk memahami lebih dalam mengenai reaksi publik dan pola serangan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik coding tematik. Data yang dianalisis terdiri dari 312 tweet yang diambil dari Twitter, yang mengomentari insiden peretasan PDN. Sumber data ini dipilih untuk mencakup berbagai perspektif dan respon publik terhadap insiden ini.
Proses analisis dilakukan dalam tiga tahap: open coding, axial coding, dan selective coding. Open coding digunakan untuk mengidentifikasi kode-kode dasar dari teks yang dianalisis tanpa tema yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, axial coding digunakan untuk mengelompokkan kode-kode yang serupa untuk membentuk kategori yang lebih besar dan bermakna. Terakhir, selective coding mengintegrasikan kategori-kategori tersebut ke dalam tema yang lebih luas dan mengidentifikasi narasi utama yang muncul dari teks.
Distribusi tema berdasarkan frekuensi kemunculannya menunjukkan bahwa tema Aktivitas Peretasan dan Dampaknya muncul sebanyak 312 kali, tema Respon terhadap Peretasan muncul sebanyak 28 kali, dan tema Kritik serta Reaksi Publik muncul sebanyak 9 kali.
Dominasi tema Aktivitas Peretasan dan Dampaknya mengindikasikan bahwa perhatian publik lebih banyak terfokus pada tindakan hacker dan dampak langsung dari serangan tersebut. Visualisasi distribusi tema ini menunjukkan pola yang jelas tentang bagaimana publik merespons dan mendiskusikan insiden ini.
Aktivitas Peretasan dan Dampaknya:
Tema ini mendominasi teks yang dianalisis, menunjukkan bahwa aktivitas peretasan adalah fokus utama dari diskusi publik. Pola yang muncul menunjukkan bahwa hacker sering kali menggunakan metode serupa, yaitu menyerang sistem, mengenkripsi file, dan meminta tebusan. Dampak dari aktivitas ini sangat merugikan, baik dari segi operasional maupun kepercayaan publik terhadap keamanan data nasional.
Respon terhadap Peretasan:
Tema ini mencakup upaya untuk memenuhi permintaan hacker, seperti pembayaran tebusan, serta janji hacker untuk memberikan kunci enkripsi setelah tebusan dibayar. Respon terhadap peretasan sering kali reaktif, dengan pihak yang terkena dampak berusaha mengatasi situasi dengan cara yang paling cepat dan efektif, meskipun terkadang harus memenuhi permintaan hacker.
Kritik dan Reaksi Publik:
Kritik terhadap pengamanan sering kali muncul setelah insiden peretasan, dengan publik mempertanyakan efektivitas langkah-langkah pengamanan yang ada. Skeptisisme terhadap berita peretasan dan motivasi di baliknya juga menjadi bagian dari narasi publik. Beberapa orang berspekulasi bahwa insiden ini mungkin digunakan sebagai skenario untuk tujuan tertentu, seperti mendapatkan dana lebih atau meningkatkan kontrol.
Temuan ini menunjukkan bahwa insiden peretasan memiliki dampak yang luas dan melibatkan berbagai respon dari pihak terkait. Aktivitas peretasan sering kali mengikuti pola yang serupa, sementara respon resmi dan publik cenderung reaktif. Kritik terhadap pengamanan dan skeptisisme publik juga memainkan peran penting dalam membentuk narasi tentang insiden peretasan. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi pemerintah dan instansi terkait untuk memperkuat sistem keamanan, meningkatkan koordinasi respon, dan memastikan liputan media yang akurat dan transparan.
Rekomendasi
- Penguatan Keamanan: Mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan sistem yang dapat dieksploitasi oleh hacker.
- Koordinasi Respon: Meningkatkan koordinasi antara berbagai pihak dalam menanggapi insiden keamanan untuk memastikan respon yang cepat dan efektif.
- Peningkatan Liputan Media: Mendorong media untuk lebih aktif meliput insiden keamanan untuk menyebarkan informasi yang akurat dan membentuk opini publik yang sadar akan pentingnya keamanan siber.