Rangkaian ibadah haji tahun 2024 telah berakhir dengan lancar, berkat layanan prima haji yang diberikan oleh berbagai pihak. Rasa syukur jamaah haji diekspresikan dengan cara yang beragam, salah satunya dengan menggundul habis rambut kepala bagi jamaah laki-laki dan berbelanja oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tanah air bagi jamaah perempuan.

Kelancaran pelaksanaan ibadah haji kali ini tentu tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, terutama layanan petugas haji. Petugas haji terdiri dari petugas yang menyertai jamaah haji dan tergabung dalam TPHI, TKHI, TPHD, dan TKHD, serta panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) baik di tingkat pusat, Arab Saudi, dan Embarkasi. Para petugas haji bersinergi memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji demi kelancaran pelaksanaan ibadahnya.

Bagi jamaah lansia, layanan prima haji ini bisa dilihat mulai dari keberangkatan dengan menempatkan lansia pada kursi prioritas pada saat penerbangan. Selain itu, pada tahun ini pemerintah memberikan kebijakan kuota pendampingan bagi lansia dalam mewujudkan Haji Ramah Lansia. Pendamping lansia ini menjadi penting karena beberapa kebutuhan keseharian lansia tidak semuanya bisa terlayani secara maksimal oleh petugas.

Namun demikian, bagi jamaah lansia yang tidak memiliki pendamping, petugas memberikan pelayanan terbaiknya dengan melakukan kunjungan rutin ke kamar hotel atau bahkan menempatkan lansia satu kamar dengan petugas haji, sehingga mendapatkan pendampingan dan pengawasan penuh selama 24 jam.

Mbah Mesinem, jamaah asal Ponorogo yang tergabung dalam Kloter 20 Surabaya menjadi jamaah lansia yang sangat beruntung karena ditempatkan dalam satu kamar bersama ketua kloter (Prof. Dr.Hj. Evi Muafiah, M.Ag) dan dokter Nabila.

Bagi jamaah lansia, kebijakan murur yang tidak mengharuskan mabit di Muzdalifah yang diterapkan Kemenag pada tahun ini juga sebagai wujud layanan prima haji agar para lansia tidak sampai mengalami kelelahan yang dikhawatirkan akan memperburuk kondisi kesehatannya.

Selain ramah lansia, kebijakan murur dirasakan kemaslahatannya bagi jamaah disabilitas atau berisiko tinggi, bahkan bagi para pendampingnya dengan segera bisa beristirahat di Mina untuk mempersiapkan lempar jamarat keesokan harinya.

Selain kepada lansia, pelayanan petugas juga bisa dirasakan oleh jamaah haji pada umumnya. Seragam petugas yang dikenakan setiap bertugas menjadi identitas yang mudah dikenali bagi para jamaah jika sewaktu-waktu membutuhkan bantuannya. Seperti menunjukkan arah jalan pulang menuju tenda maktab sepulang dari lempar jumrah dan memberikan bantuan ketika ada jamaah yang pingsan tanpa melihat dari mana jamaah haji berasal. Sinergi dari petugas haji dalam memberikan layanan prima haji inilah yang menjadikan pelaksanaan ibadah haji berjalan tertib, lancar, aman, dan terkendali.

Yang tidak kalah penting dari layanan prima haji, layanan konsumsi bagi para jamaah juga menjadi penentu bagi kelancaran pelaksanaan ibadah haji tahun ini. Tidak berlebihan kiranya ungkapan “perut kenyang ibadah nyaman”. Begitulah yang dirasakan mayoritas jamaah haji tahun ini. Layanan konsumsi yang diberikan bisa dikatakan melebihi ekspektasi para jamaah.

Pilihan menu yang disajikan dengan cita rasa bumbu khas nusantara serta nasi pulen dari beras yang didatangkan dari tanah air bisa menggugah selera makan jamaah. Kalaupun jenis menu yang tersaji berulang dari hari ke hari yang kadangkala bisa membuat sedikit bosan justru bisa menghadirkan kreativitas ibu-ibu untuk memodifikasi lauk yang disajikan dengan beragam bumbu instan yang dibawa dari tanah air. Dengan peralatan dan bahan yang ada, bisa tersaji olahan masakan nusantara seperti soto, rawon, gule, kare, rendang, pecel, dan sayur lodeh dengan membeli bahan masakan dari toko di seputaran hotel.

Layanan konsumsi yang diberikan selama Armuzna juga di luar ekspektasi para jamaah. Selain paket nasi, jamaah menerima beragam jajanan, buah, dan minuman yang berulang setiap harinya yang tidak bisa dihabiskan saking banyaknya. Yang terjadi kemudian bawaan jamaah sepulang Armuzna menjadi berat dan bertambah.

Tak ada gading yang tak retak, di balik layanan prima haji yang diterima para jamaah, beberapa jamaah mengeluhkan tentang kenyamanan selama bermalam di Mina yang tidak dirasakan selama bermalam di Arafah. Kapasitas tenda yang overload menjadikan istirahat para jamaah tidak begitu nyenyak, bahkan ada yang memilih tidur di luar tenda karena memprioritaskan jamaah lansia.

Namun demikian, suasana tenda Mina yang berdesakan tidak menjadi persoalan serius, sebagaimana pesan petugas setiba di Mina, “beginilah tenda Mina yang harus kita terima dan kesabaran jamaah menjadi bagian ibadah yang harus dijalani”. Pesan inilah yang membuat jamaah menjadi enjoy selama di Mina dan bahkan bisa lebih mempererat tali silaturahmi para jamaah karena suasana yang terbangun menjadi lebih akrab dengan penuh persaudaraan.

Ke depan, kapasitas tenda Mina yang overload mudah-mudahan menjadi evaluasi bagi penyelenggara agar para jamaah menjadi lebih aman, nyaman dan tenang dalam menjalani rangkaian ibadah hajinya.

Oleh UNUN ROUDLOTUL JANAH, M.Ag.

Shares:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *