Umat Islam, tersebar di berbagai belahan dunia dengan keberagaman etnis, negara, dan gender, tetap terjalin dalam satu kesatuan iman yang kokoh termasuk palestina. Iman kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah adalah benang merah yang menyatukan hati mereka melampaui semua perbedaan fisik. Allah Ta’ala dengan tegas menyampaikan, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara” (Surah Al-Hujurat: 10). Iman mengokohkan jalinan persaudaraan, sekalipun banyak di antara mereka belum pernah bertatap muka.
Situasi yang berlangsung di Palestina merupakan satu contoh konkret betapa pentingnya ukhuwah ini. Penduduk Palestina, yang hak keselamatan dan tempat tinggalnya terancam, membutuhkan perhatian dari saudara-saudara seiman mereka di seluruh dunia. Kekejaman yang terjadi bukan hanya menghancurkan fisik, tetapi juga menantang kepedulian kita sebagai bagian dari umat yang sama.
Ketika kita memandang tragedi yang melanda Palestina, di mana saudara-saudara kita menghadapi tantangan yang mengancam nyawa dan tempat tinggal mereka, pertanyaan yang muncul ke permukaan adalah, “Apakah kita benar-benar bersaudara dalam iman?” Situasi ini memaksa kita untuk mempertanyakan kedalaman solidaritas kita terhadap mereka.
Pentingnya memikul beban ini tidak hanya terpatri dalam ajaran-ajaran agama kita, tapi juga dalam respons emosional dan kemanusiaan kita. Hadis yang disampaikan oleh Rasulullah menekankan bahwa kepedulian terhadap urusan umat Islam adalah cerminan dari keimanannya. Beliau mengajarkan bahwa siapa pun yang tidak merasakan kasih sayang, tidak akan mendapatkan kasih sayang (riwayat al-Bukhari).
Hal ini mendesak kita untuk bertindak, tidak hanya dengan memberikan sumbangan materi, tetapi juga dengan doa yang tulus. Seperti hadis yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa doa adalah senjata orang mukmin (riwayat al-Hakim), kita diingatkan bahwa setiap upaya, sekecil apa pun, adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai saudara seiman.
Berdasarkan Hadis Arbain yang ke-34, kita dituntut untuk bertindak ketika menyaksikan kemungkaran—dengan tangan jika kita mampu, dengan lisan jika kita berbicara, dan dengan hati sebagai bentuk iman yang paling dasar jika kita tidak mampu melakukan keduanya. Ini adalah ajakan untuk bertanggung jawab dalam setiap kapasitas yang kita miliki, untuk tidak hanya menjadi penonton diam atas ketidakadilan.
Sebagai media yang mengampanyekan perdamaian dan anggota dari umat Islam, kami menyuarakan panggilan ini: Mari kita tunjukkan persaudaraan kita tidak hanya dalam kata-kata tapi juga dalam tindakan. Doa, nasihat, dukungan finansial, atau sekedar kepedulian yang tulus—semua adalah bentuk dukungan. Refleksi dari krisis Palestina ini adalah kesempatan untuk mengukir dalam hati kita pertanyaan yang mendalam, “Apakah kita sungguh-sungguh bersaudara dalam perjuangan ini?”
Mari kita menggenggam tangan saudara-saudara kita di Palestina tidak hanya dengan doa, tapi juga dengan upaya nyata. Karena jika keimanan kita adalah asli, maka akan terbukti melalui tindakan kita untuk membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. Mari kita tidak menjadi umat yang lalai, tetapi menjadi saksi atas kebenaran dan kasih sayang yang kita yakini.
[…] global dan realitas politik. Apakah kita sebagai masyarakat global dapat menemukan cara untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina tanpa mengorbankan prinsip-prinsip penting […]