Perdamaian, kata yang sering kita dengar, namun seringkali sulit untuk didefinisikan dan diukur. Seberapa damai suatu negara? Bagaimana kita dapat mengetahui sejauh mana suatu negara telah berhasil dalam membangun dan memelihara perdamaian? Inilah yang coba dijawab oleh Indeks Perdamaian Positif (PPI).
PPI merupakan turunan empiris dari Indeks Perdamaian Global. Indeks ini bukan sekedar memberikan gambaran tentang kemampuan suatu negara dalam membangun perdamaian, namun juga sebagai alat ukur bagi pembuat kebijakan, peneliti, hingga perusahaan dalam memonitor dan mengevaluasi efektivitas upaya perdamaian. PPI telah berhasil mengukur tingkat Perdamaian Positif di 163 negara, yang mencakup hampir seluruh populasi dunia. Uniknya, PPI adalah satu-satunya pendekatan global dan kuantitatif yang mendefinisikan dan mengukur perdamaian dengan pendekatan positif.
Sejauh ini, platform yang disediakan oleh badan kerja PPI telah menjadi landasan aksi konkrit dalam pembangunan negara. Platform ini tak hanya fokus pada perdamaian, tapi juga pada pembangunan sosial, tata kelola, hingga ekonomi. Para peneliti pun mendapatkan manfaat, dengan semakin memahami hubungan empiris antara perdamaian dan pembangunan.
Tapi, apa saja yang menjadi pilar dalam Indeks Perdamaian Positif ini?
Delapan Pilar Perdamaian Positif
Pilar-pilar dalam Perdamaian Positif bukan sekedar konsep. Mereka menggambarkan kondisi ideal yang mendukung potensi manusia untuk tumbuh dan berkembang. Pilar-pilar ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi negara-negara dalam merumuskan kebijakan yang mendukung perdamaian dan kebahagiaan masyarakat.
Pemerintahan yang Berfungsi dengan Baik
Meliputi budaya politik demokrasi, efektivitas pemerintah, hingga supremasi hukum. Pemerintahan yang berfungsi dengan baik adalah salah satu pilar utamanya.


Sebagai contoh, di negara-negara Skandinavia, budaya politik demokrasi mendominasi dengan pemilihan yang berlangsung bebas, adil, dan transparan. Hak-hak sipil warganya dihormati dan dilindungi. Singapura, sebagai contoh lain, menunjukkan efektivitas pemerintah dalam menyediakan layanan publik dengan birokrasi yang efisien. Sementara itu, Kanada dikenal dengan supremasi hukumnya yang menegakkan hukum dengan adil tanpa pandang bulu.
Lingkungan Bisnis yang Sehat


Fokus pada indeks kebebasan ekonomi, PDB per kapita, dan lingkungan bisnis yang kondusif. Selanjutnya, lingkungan bisnis yang sehat menjadi indikator penting lainnya dalam menilai kemajuan suatu negara. Hong Kong dan Selandia Baru, misalnya, sering mendapat peringkat tinggi dalam Indeks Kebebasan Ekonomi, menunjukkan bahwa warganya dapat berinovasi, berdagang, dan berinvestasi tanpa banyak hambatan.
Sedangkan Qatar dan Luksemburg dikenal memiliki PDB per kapita yang tinggi, menandakan kekayaan rata-rata warganya. Di Estonia, kemudahan dalam mendirikan dan mengoperasikan bisnis sangat dihargai, bahkan proses pendirian bisnis dapat dilakukan secara online dengan cepat.
Tingkat Korupsi yang Rendah


Memperhatikan indeks persepsi korupsi dan upaya pengendalian korupsi. Tingkat korupsi yang rendah, seperti yang dilihat di Denmark dan Finlandia, menunjukkan komitmen negara dalam menjaga integritas dan kejujuran dalam pemerintahan.
Tingkat Sumber Daya Manusia yang Tinggi


Melihat indeks inovasi global, pendaftaran sekolah menengah, hingga indeks pembangunan pemuda. Sebagai contoh, Swiss dan Swedia menonjol dalam inovasi, sementara Korea Selatan memiliki tingkat pendaftaran sekolah menengah yang tinggi. Norwegia pun memberikan perhatian khusus pada pemuda dengan berbagai program pendidikan dan pelatihan kerja.
Arus Informasi Bebas


Fokus pada indeks kebebasan pers dan tarif berlangganan ponsel. Kebebasan informasi, seperti yang diterapkan di Finlandia dan Belanda, mencerminkan transparansi dan kebebasan pers.
Hubungan Baik dengan Tetangga


Mengukur integrasi regional dan jumlah pengunjung dari negara tetangga. Sementara itu hubungan baik dengan tetangga, seperti yang terlihat di negara-negara ASEAN, menunjukkan integrasi dan kerjasama regional yang kuat.
Distribusi Sumber Daya yang Adil


Menilai kesenjangan kemiskinan, mobilitas sosial, dan harapan hidup yang disesuaikan dengan ketimpangan. Jerman, dengan sistem kesejahteraan sosialnya, menunjukkan distribusi sumber daya yang adil untuk seluruh warganya.
Penerimaan Hak Orang Lain


Mencakup indeks pemberdayaan dan indeks ketimpangan gender. Terakhir, penerimaan hak orang lain, seperti yang diterapkan di Swedia dan Belanda, menekankan pentingnya kesetaraan gender dan penghormatan terhadap hak-hak minoritas. Semua pilar ini, ketika diterapkan dengan baik, dapat membawa suatu negara menuju masyarakat yang damai, adil, dan sejahtera.
Dengan memahami dan menerapkan delapan pilar ini, diharapkan setiap negara dapat menciptakan masyarakat yang lebih damai, adil, dan sejahtera.
[…] media yang mengampanyekan perdamaian dan anggota dari umat Islam, kami menyuarakan panggilan ini: Mari kita tunjukkan persaudaraan kita […]
[…] Lacroix, kepala Operasi Perdamaian PBB, menekankan kontribusi signifikan Sersan Satu Rismayanti dalam upaya memperkuat keamanan, […]