Pengertian toleransi-sebuah landasan hidup berdampingan yang harmonis-tertanam kuat di dalam inti ajaran Islam, namun sering kali diabaikan atau disalahpahami. Artikel blog ini menggali konsep bernuansa dan implementasi praktisnya dalam agama Islam, mengungkapkan sebuah agama yang merangkul keragaman dan menumbuhkan pemahaman.
Dari ajaran Nabi Muhammad hingga ayat-ayat Al-Qur’an, kami akan mengeksplorasi berbagai aspek toleransi dan mengungkap cara-cara yang telah dimanifestasikan sepanjang sejarah Islam.
Bergabunglah bersama kami dalam perjalanan yang mencerahkan ini, dan temukan permadani toleransi Islam yang kaya yang menantang kebijaksanaan konvensional dan mengilhami apresiasi yang lebih dalam terhadap iman.
Pengertian Toleransi
Toleransi adalah kemampuan untuk menahan rasa sakit atau kesulitan, atau kapasitas untuk menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan atau menjengkelkan, atau untuk terus ada meskipun kondisi buruk atau sulit. Toleransi adalah sikap adil dan objektif terhadap orang lain dan biasanya merupakan upaya sadar dari individu.
Pengertian toleransi juga dapat merujuk pada penyimpangan yang diperbolehkan dari suatu standar atau dari ideal teoritis, terutama dalam pembuatan atau perakitan komponen. Dalam imunologi, toleransi adalah keadaan imunologis yang ditandai dengan tidak responsif terhadap antigen spesifik. Dalam pertanian, toleransi adalah jumlah maksimum residu pestisida yang dapat sah tetap pada atau dalam makanan.
Toleransi dapat dikembangkan seiring waktu, seperti ketika pasien secara bertahap mengembangkan toleransi terhadap obat dan perlu diberikan dosis yang lebih besar. Hal ini juga dapat merujuk pada kapasitas relatif organisme untuk tumbuh atau berkembang ketika dikenai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Dalam masyarakat, toleransi penting untuk mempromosikan keberagaman dan pemahaman antara kelompok-kelompok orang yang berbeda.
Konsep Toleransi dan penerimaan
Pengertian toleransi dan penerimaan sering digunakan secara bergantian, tetapi mereka memiliki makna yang berbeda. Toleransi adalah kemampuan atau kesediaan untuk menahan keberadaan pendapat atau perilaku yang tidak disukai atau tidak disetujui, sementara penerimaan menunjukkan rasa penerimaan dan kebebasan yang lebih besar bagi orang lain untuk menjadi diri mereka sendiri.
Toleransi masih dapat mengizinkan prasangka yang ada untuk tetap ada tanpa menjadi terlihat secara terang-terangan, sementara penerimaan adalah kebebasan penuh dari penilaian. Penerimaan berarti mengakui proses atau kondisi tanpa memprotesnya atau mencoba mengubahnya.
Penerimaan melampaui toleransi dan mempromosikan lingkungan kesetaraan, saling menghargai, dan inklusif. Penerimaan adalah langkah di luar toleransi, karena melibatkan pengakuan dan penerimaan perbedaan tanpa penilaian atau prasangka. Toleransi adalah formula pragmatis untuk fungsi masyarakat, sementara penerimaan adalah kebajikan yang melampaui toleransi.
Toleransi merupakan karakteristik penting dari masyarakat, budaya, organisasi, dan individu. Ini adalah kemampuan untuk memberikan kebebasan kepada orang lain dan memiliki sikap adil dan objektif terhadap orang lain.
Beberapa contoh toleransi dalam masyarakat meliputi kebebasan berpikir, berbicara, dan beragama, yang merupakan jenis-jenis toleransi. Toleransi juga dapat dilihat dalam penerimaan dan pemahaman orang lain, seperti membina penghargaan untuk budaya, gaya hidup, dan cara berpikir yang berbeda dari milik sendiri.
Selain itu, konsep toleransi dapat dikaitkan dengan tuntutan asimilasionis bagi imigran untuk sepenuhnya menyesuaikan diri dengan norma-norma nasional dominan. Dukungan terhadap toleransi koeksistensi mungkin lebih kuat sehubungan dengan kelompok imigran yang dianggap secara budaya lebih mirip dengan kelompok dominan.
Ada berbagai bentuk toleransi sosial, seperti toleransi koeksistensi dan toleransi menghormati, yang berbeda sejauh mana mereka didasarkan pada kekhawatiran pragmatis daripada prinsipil.
Menerima tradisi dan agama orang lain adalah contoh lain dari toleransi dalam masyarakat. Orang berasal dari berbagai agama dan mereka menyembah tuhan mereka dengan cara mereka sendiri. Sistem kepercayaan dan tradisi ini mungkin terasa asing atau bahkan salah menurut beberapa orang, tetapi selama orang-orang tidak menyakiti orang lain, mereka memiliki hak untuk menjalankan agama mereka.
Kesimpulannya, toleransi adalah karakteristik penting yang memungkinkan masyarakat berfungsi secara damai. Ini adalah kemampuan untuk menerima dan hidup bersama orang lain karena siapa mereka, dan ini sangat penting untuk hidup bersama di planet yang terglobalisasi.
Bagaimana Mengajarkan Toleransi?
Toleransi dapat diajarkan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mempraktikkan perilaku toleran, yang berarti menunjukkan empati, kasih sayang, dan hormat melalui kata-kata dan tindakan. Cara lain adalah dengan mendorong refleksi diri dan kesadaran diri, yang dapat membantu individu mengenali bias dan prasangka mereka sendiri. Guru juga dapat memilih bahan bacaan dan sumber primer yang inklusif yang mewakili orang dari latar belakang dan perspektif yang beragam. Hal ini dapat membantu siswa belajar dari orang yang berbeda dari diri mereka sendiri dan menjadi lebih terbuka.
Penting juga untuk menolak perilaku intoleran dan membela diri serta orang lain, tetapi dengan baik. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif di mana siswa merasa nyaman menyampaikan pendapat dan keyakinan mereka tanpa takut dihakimi atau ditertawakan. Mengobrol dengan siswa daripada menggurui mereka juga bisa menjadi cara efektif untuk mengajarkan toleransi.
Orang tua dapat mengajarkan toleransi dengan menjadi contoh yang baik dan berbicara dengan anak-anak mereka tentang toleransi dan menghormati. Mereka juga dapat memberi anak-anak mereka kesempatan untuk bermain dan bekerja dengan orang lain dari latar belakang yang beragam, yang dapat membantu mereka belajar dari pengalaman bahwa setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mengalami perbedaan dan persamaan. Orang tua juga dapat memperhatikan sikap mereka sendiri dan peka terhadap perbedaan budaya.
Secara ringkas, toleransi dapat diajarkan melalui perilaku toleran, mendorong refleksi diri dan kesadaran diri, menolak perilaku intoleran, menciptakan lingkungan belajar yang aman dan inklusif, memilih bahan bacaan dan sumber primer yang inklusif, mengobrol dengan siswa, menjadi contoh toleransi yang baik, dan memberi anak-anak kesempatan untuk bermain dan bekerja dengan orang lain dari latar belakang yang berbeda.
Pandangan Islam tentang Toleransi
Pandangan Islam tentang toleransi merupakan topik kompleks yang telah dikaji dalam berbagai penelitian. Menurut penelitian (Wahidah et al., 2022), perspektif Islam mengenai pluralisme dan multikulturalisme menyajikan pandangan positif dan optimis tentang keragaman agama, budaya, adat-istiadat, dan bahkan pola interaksi dengan menerima mereka sebagai realitas nyata dan kebaikan (Wahidah et al., 2022). Penelitian lain oleh (Quadir, 2020) menyimpulkan bahwa Al-Qur’an mengambil sikap yang murah hati terhadap dua tradisi Abrahamik lainnya dan para penganutnya, serta sikapnya terhadap agama-agama lain melampaui sekadar toleransi. Umat Islam menggunakan kitab suci mereka, adat-istiadat Nabi Muhammad, dan berbagai ajaran mistik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan proses mengenal Tuhan berarti toleran terhadap agama-agama lain, terutama kepada umat Kristen dan Yahudi yang dipahami sebagai penganut Tuhan yang sama (Huda, 2003).
Islam memiliki pandangan positif dan optimis terhadap keragaman agama, budaya, dan adat-istiadat, serta pola interaksi dengan menerima mereka sebagai realitas nyata dan kebaikan (Wahidah et al., 2022). Al-Qur’an mengambil sikap murah hati terhadap agama-agama lain, terutama Yudaisme dan Kristen, serta para penganutnya (Quadir, 2020). Sikap Al-Qur’an terhadap agama-agama lain melampaui sekadar toleransi (Quadir, 2020). Orang-orang non-Muslim pun dapat mencapai keselamatan, sebagaimana Al-Qur’an menunjukkan dalam ayat 2:62 dan 5:692. Sikap Al-Qur’an terhadap agama-agama lain sepenuhnya dibenarkan mengingat sifat dan fungsi fitrah manusia, hati, dan makna sejati penyerahan diri kepada Tuhan(Quadir, 2020).
Umat Islam menggunakan kitab suci mereka, adat-istiadat Nabi Muhammad, dan berbagai ajaran mistik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (Huda, 2003).. Proses mengenal Tuhan berarti toleran terhadap agama-agama lain, terutama umat Kristen dan Yahudi yang dipahami sebagai penganut Tuhan yang sama (Huda, 2003). Isu pluralisme dan toleransi terhadap orang lain dalam Islam dikaji untuk menggambarkan kompleksitas ide-ide agama tentang eksklusivitas yang menjadi dasar dalam memahami pengertian toleransi (Huda, 2003).
Referensi
Huda, Q. U. (2003). Knowledge of Allah and the Islamic view of other religions. Theological Studies, 64(2), 278–303. https://doi.org/10.1177/004056390306400203
Quadir, T. (2020). More than tolerance: The islamic call for interreligious reverence. Al-Shajarah, 25(1), 127–154.
Wahidah, E. Y., Sirait, S., & Kusumaputri, E. S. (2022). The Religious Harmony Tolerance in Indonesia: An Islamic Perspective of Pluralism and Multiculturalism. Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars, 6(1), 555–575. https://doi.org/10.36835/ancoms.v6i1.340
Add comment