Presiden Indonesia Joko Widodo telah menjadi sebuah teka-teki dalam konstelasi politik internasional. Keengganannya terhadap diplomasi global di awal masa jabatannya, diikuti dengan ketegasannya di forum-forum regional utama seperti ASEAN dan G20, menyoroti sebuah paradoks. Ketika ia menyerahkan tongkat kepemimpinan ASEAN kepada Perdana Menteri Laos, Sonexay Siphandone, momen ini menawarkan kesempatan untuk membedah nuansa, kemenangan, dan jebakan dari inisiatif kebijakan luar negeri Jokowi.
Secara historis, Jokowi tampak menyendiri dari kerumitan diplomasi internasional, mendelegasikan seluk-beluknya kepada Menteri Luar Negerinya, Retno LP Marsudi. Pendekatan lepas tangan di tahun-tahun awal masa kepresidenannya ini telah dikritik dan dipuji, tergantung dari sudut pandang masing-masing. Di satu sisi, hal ini memungkinkan Jokowi untuk fokus pada urusan dalam negeri Indonesia -sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah negara yang sedang bergulat dengan tantangan-tantangan ekonomi dan sosial. Di sisi lain, hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keengganan Indonesia untuk melakukan sesuatu yang lebih besar dari yang seharusnya, terutama sebagai negara yang sedang berkembang.
Indonesia, di bawah kendali Presiden Jokowi, memperlihatkan transformasi signifikan dalam kebijakan luar negeri, terutama saat mengambil alih kepemimpinan G20 pada tahun 2022. Kepemimpinan Jokowi dalam krisis ASEAN, khususnya terkait Myanmar, menunjukkan kenegarawanan dan taktik diplomatik yang cerdas. Namun, ada juga kritik terhadap pendekatannya, termasuk keputusannya untuk tidak berpidato di Sidang Umum PBB, yang menyoroti keterbatasan dalam kebijakan luar negerinya.
Selain itu, tantangan geopolitik, khususnya dinamika dengan negara-negara besar seperti China dan Amerika Serikat, menjadi faktor penting dalam pendekatan kebijakan luar negeri Jokowi. Kemampuannya dalam memandu ASEAN tanpa menjadi medan perang proksi menandai efektivitasnya sebagai pemimpin. Namun, hubungannya dengan lembaga-lembaga multilateral lainnya, khususnya PBB, tetap menjadi pertanyaan besar.
Dengan hampir berakhirnya masa jabatannya, banyak yang bertanya-tanya tentang warisan kebijakan luar negeri Jokowi. Meskipun fokusnya pada proyek domestik sangat kuat, dunia dengan cermat mengamati bagaimana ia akan memposisikan Indonesia dalam tatanan global yang kompleks. Untuk gambaran yang lebih komprehensif, baca selengkapnya di bawah ini.
Add comment