Gus Iqdam, dengan caranya yang unik, telah merevolusi cara dakwah di era digital saat ini. Di tengah banjirnya informasi dan tantangan untuk tetap relevan, dia berhasil menciptakan suatu pendekatan yang menggabungkan tradisi dan kekinian. Dengan demikian, ia menciptakan resonansi khusus, khususnya bagi generasi muda, dalam menyampaikan nilai-nilai agama.
Gus Iqdam tidak hanya menjadi seorang dai yang cerdas, tapi juga seorang influencer di ranah digital. Memanfaatkan platform seperti TikTok, ia merespons dinamika masyarakat modern, khususnya anak muda, dengan pesan-pesan yang relevan, menghibur, dan mendalam. Dalam hal ini, ia berhasil mengembangkan metode penyampaian ajaran agama yang efektif dan menarik bagi generasi saat ini.
Sudah cukup lama istilah “pusat” atau lengkapnya “dekengane pusat” menyeruak dalam percakapan agama. Istilah ini tak muncul di ruang sunyi, seakan-akan istilah ini mengafirmasi kencenderungan beragama masyarakat Jawa secara umum dengan berbagai kekhasan dan variannya. Penyebarannya pun unik, “dekengane pusat” mengakar di benak masyarakat lewat status dan konten yang tersebar di media sosial, terlebih di platform TikTok.
“Dekengane Pusat” disuarakan dai muda asal Blitar, Agus Muhammad Iqdam Kholid. Gus Iqdam, sapaan akrabnya, senantiasa menyerukan istilah ini dalam ceramah serta pengajiannya. Dengan gaya santai dan penuh guyon, Gus Iqdam—tanpa menanggalkan esensi dari nilai agama— piawai mengoplos berbagai narasi kelokalan dari keseharian masyarakat Jawa kekinian yang dipertemukan dengan berbagai literatur kitab klasik fikih maupun akidah-tasawuf ala kurikulum pendidikan Nahdlatul Ulama. Figur muda Nahdliyyin ini pun mampu menjadi rujukan bagi setiap jamaahnya, terutama kalangan muda.
Selengkapnya baca di Dakwah Ngepop ala Gus Iqdam: Dekengan Pusat Bersumber A1
Add comment