Haji adalah salah satu dari lima rukun Islam yang sangat penting. Namun, apakah sekadar melaksanakan ritual Haji cukup untuk menghapus dosa dan mendekatkan diri kepada Allah? Kisah berikut ini dari Imam Junaid al-Baghdadi mengungkapkan esensi dari makna Haji yang sebenarnya, menekankan bahwa Haji bukan hanya tentang tindakan fisik tetapi juga tentang transformasi spiritual dan moral.
Nasehat Imam Junaid al-Baghdadi
Seorang pria, yang hidupnya tidak menunjukkan perubahan setelah melaksanakan Haji, datang mengunjungi Imam Junaid al-Baghdadi.
Junaid bertanya kepadanya: “Dari mana kamu datang?”
“Saya baru saja kembali setelah melaksanakan Haji ke Baitullah,” jawab pria tersebut.
“Jadi, apakah kamu benar-benar melaksanakan Haji?” tanya Junaid.
“Ya, Tuan, saya telah melaksanakan Haji,” jawab pria itu.
“Apakah kamu berjanji untuk meninggalkan dosa ketika kamu berangkat Haji?” tanya Junaid lagi.
“Tidak, Tuan, saya tidak pernah berpikir tentang itu,” kata pria tersebut.
Junaid menjelaskan bahwa tindakan fisik semata tidak cukup untuk Haji yang benar-benar diterima. Ia mengajukan serangkaian pertanyaan tentang pentingnya niat dan perubahan batiniah dalam melaksanakan setiap ritual Haji.
- Niat Meninggalkan Dosa: Saat berangkat Haji, apakah ada niat untuk meninggalkan dosa?
- Mencari Kedekatan dengan Allah: Apakah ada usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah selama perjalanan yang suci ini?
- Abandoning Evil Ways: Ketika mengenakan pakaian Ihram, apakah ada niat untuk meninggalkan cara hidup dan sikap buruk?
- Menghadirkan Diri di Hadirat Ilahi: Saat berdiri di Padang Arafah, apakah merasakan kehadiran Ilahi?
- Meninggalkan Keinginan Sia-sia: Di Muzdalifah, apakah seseorang berjanji untuk meninggalkan keinginan yang sia-sia?
- Melihat Keindahan Ilahi: Saat mengelilingi Ka’bah, apakah ada pengalaman melihat keindahan Ilahi?
- Makna Sa’i: Saat melakukan Sa’i antara Safa dan Marwa, apakah menyadari makna dan tujuan dari usaha tersebut?
- Mengorbankan Keinginan Egois: Ketika menyembelih hewan kurban, apakah juga mengorbankan keinginan dan nafsu pribadi?
- Menolak Pengaruh Jahat: Saat melempar jumrah, apakah bertekad untuk menyingkirkan pengaruh jahat?
Imam Junaid menekankan bahwa tanpa pemahaman dan niat yang benar dalam setiap aspek Haji, perjalanan tersebut tidaklah sempurna. Ia menyarankan pria tersebut untuk melaksanakan Haji lagi dengan kesadaran penuh akan makna dan tujuan dari setiap ritual, agar Haji-nya dapat menyerupai Haji Nabi Ibrahim yang keimanan dan ketulusannya dikonfirmasi oleh Al-Qur’an:
“Ibrahim yang paling setia melaksanakan perintah-perintah Tuhannya.” (QS. 53:37)
Makna Haji yang Sesungguhnya
Dari penjelasan Imam Junaid al-Baghdadi, kita dapat memahami bahwa makna Haji yang sesungguhnya adalah perjalanan yang melibatkan transformasi spiritual dan moral. Haji bukan hanya tentang melaksanakan ritual, tetapi juga tentang memperbaiki diri, meningkatkan keimanan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Haji yang benar adalah yang membawa perubahan positif dalam kehidupan seseorang, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Dengan demikian, mari kita renungkan kembali niat dan tujuan kita dalam melaksanakan Haji, agar dapat mencapai makna Haji yang sesungguhnya sesuai dengan tuntunan Nabi Ibrahim dan yang diinginkan oleh Allah.